Satu Hari di Banyuwangi: Seharian Ngetrip dengan Ongkos Dibawah 120 Ribu!
Long time no see ya, Mojokers? Btw kayaknya liburan vibes udah menggema di seluruh negri nih. Butuh referensi tempat buat
liburan kali ini? Mungkin Kota Banyuwangi bisa jadi salah satu pilihan. Kota Banyuwangi emang ngga seterkenal pulau sebelahnya yang hanya dipisahkan suatu selat bernama Selat Bali. Yak benar, Pulau Bali. Menurut suatu sumber, selama tahun 2016, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi mencapai 3 juta orang dan wisatawan asing sebanyak 72 ribu orang. Bandingkan aja sama Pulau Bali yang menerima kunjungan wisatawan mancanegara 4,92 juta orang pada tahun yang sama. Angka 4,92 juta ini belum termasuk wisatawan domestiknya loh, ya!
Aku sama temen-temen pernah liburan ke Banyuwangi setahun yang lalu. Lebih tepatnya tanggal 11
November 2016. Walaupun udah lama, tapi jujur aja kenangannya masih keinget
sampe sekarang coy! Kami semua (berdua belas) cuma butuh uang dibawah
120ribu/orang buat eksplor kota ini! Kami berangkat mulai jam 5 pagi dan nyampe rumah jam
12 malem. Seru? Banget! Ngga percaya? Baca terus ya, Mojokers!
Kami berdomisili di Kabupaten Jember, dan dari Jember ke Banyuwangi kita
bisa naik kereta dengan tiket Rp8.000,- aja. Jadi buat transport kereta, kita
cuma butuh uang Rp16.000,- untuk pulang pergi. Kami semua ngumpul di Stasiun Jember sekitar jam 4.30 pagi dan naik kereta Pandanwangi yang berangkat jam 5.15. Selama perjalanan, sebagian dari kami
menghabiskan waktu dengan main kartu, sementara yang lainnya nglanjutin tidur yang sempat terpotong karena
merasa hari masih terlalu pagi.
WELLCOME TO BANYUWANGI
(Dari kiri: Toyoul, Liizza, Ikem, Yesi, Intan, Wafi, Atul, Eli, Fitri, Badra, Jiha, Millah)
|
Sekitar pukul 8, kami turun di stasiun terakhir, yakni stasiun Banyuwangi Baru. Keluar dari stasiun, kami disambut sama banyak bapak-bapak yang nawarin angkot dan taksi. Untungnya, sebelumnya kami udah nyewa angkot buat nganterin kami jalan-jalan nih. Ongkos sewanya cuma Rp300.000,-. Angkotnya lumayan sempit sih buat kami berdua belas, tapi tetep nyaman soalnya bapak supirnya ramah banget.
#1 FIRST DESTINATION: BANGSRING UNDERWATER
Kami berangkat dari stasiun sekitar jam 8.45, dan sampai di bangsring
sekitar jam 9.10. Cukup lama karena lokasinya lumayan jauh dari stasiun.
Sepanjang jalan kami sibuk ngoceh-ngoceh ngga jelas karena saking semangatnya. Setelah sampai, kami pun langsung ganti baju dan
bersiap untuk SNORKELING! Hurray!!!
Kami mendatangi salah satu tempat penyewaan alat snorkeling terdekat dan menyewa alat snorkeling dengan harga Rp30.000/orang (awalnya harga sewanya
Rp50.000,- tapi karena kami ada dua belas orang, akhirnya dikasih potongan. Cihuy!).
Tak lupa kami sewa guide-nya juga, biaya
guide (untuk selanjutnya disebut ‘gaet’) kalau ngga salah Rp50.000,-. Oh iya, biaya sewa menyewa diatas juga termasuk biaya naik
boat yang bakal nganterin kita ke
rumah apung. Rumah apung itu semacam tempat persinggahan buat orang-orang yang mau snorkeling. Nantinya dari rumah apung inilah kita mulai snorkelingannya.
Naik boat! Cekrek |
Itu rumah apung! |
Rumah apung: Katanya di situ dipelihara ikan hiu kecil-kecil. Hii, horor! |
Ini adalah kali pertama bagi mayoritas dari kami buat snorkelingan. Selain
itu, banyak juga dari kami yang ngga bisa renang. Itulah yang menyebabkan kami awalnya kayak takut-takut gitu buat masuk ke air dan cuman duduk-duduk di pinggir rumah apung.
Untung Pak Gaet-nya sabar dan berhasil ngyakinin kita kalau kita ngga bakal
tenggelam (iya lah, kan pake pelampung). Pada akhirnya kami semua pun nyemplung
walaupun sambil jerit-jerit alay.
Awalnya kami masih belum terbiasa dengan alat snorkelingnya dan masih sering tersedak sama air laut (sumpah, rasanya asin banget). Tapi lama-lama akhirnya kami jadi terbiasa dan mulai bisa menikmati pemandangan di bawah kami. Suasana bawah laut keren banget loh. Banyak terumbu karang dan ikan-ikan yang biasanya kita lihat di film Finding Dori. Indah banget! Lautnya jernih dan airnya masih hangat karena diterpa matahari pagi. Tapi sayang, beberapa kali kami nemuin sampah plastik mengapung bersama ikan-ikan berenang. Hiks sedih. Mojokers yang baik, jangan lupa jaga kebersihan laut ya!
Oh iya, kalau misal capek snorkelingan, kita bisa naik ke rumah apung dan
duduk-duduk di pinggirannya sambil nyemplungin kaki ke dalem laut. Nanti, kaki
kita bakal dikerubungin sama ikan-ikan kecil yang bakal gigit-gigit manja kulit
kaki kita. Katanya sih mereka pada makan kulit mati di kaki kita. Tapi rasanya
digigitin ikan kecil sih lucu, geli-geli sedap.
terus berenang, terus berenang |
Jadi self reminder juga kalau Tuhan bener-bener Maha Besar! |
Pak Gaet bilang, ada beberapa terumbu karang di situ yang baru ditanam
beberapa tahun, jadi masih kecil. Pak Gaet juga bilang, terumbu karang yang
jadi the best part ada di bagian laut
yang agak jauh dari rumah apung dan Pak Gaet bersedia menemani kita berenang kesana, tapi harus gantian, karena Pak Gaet cuman bisa nemenin 2-3 anak aja (Pak Gaet ngga sekedar nemenin, tapi juga mendorong kami sampai ke tengah laut). Liizza dan
Toyoul pun jadi yang pertama meminta Pak Gaet menemani mereka.
Berdasarkan cerita dan foto dari Liizza dan Toyoul, terumbu karang yang mereka
lihat emang lebih gede dari yang kita lihat di deket rumah apung. Jadinya yang lain
jadi ikut penasaran dan makin semangat kepengen lihat. Dan ternyata bener, keren banget!
Sebutan ‘surga bawah laut’ emang ngga berlebihan buat mereka sandang.
Terumbu karang kecil |
Liizza dan terumbu karang besar |
Di tengah-tengah kegiatan snorkeling kami, tiba-tiba hujan turun dan
kami memutuskan buat naik ke rumah apung lagi. Karna capek, kami tiduran di
dalem rumah apung dan malah jadi pusing karena rumah apungnya
goyang-goyang kena arus laut. Kami juga jadi kedinginan gegara terkena air hujan. Jadi kami nyemplung lagi karena air laut ternyata lebih hangat dibandingin air hujannya. Selain itu katanya kalau kita tetep diem di rumah apung bakalan tambah pusing nantinya. Kami pun kembali ber-snorkeling sambil hujan-hujanan.
Hujan, minggir dulu |
Snorkeling yang melelahkan, cekrek! |
Setelah puas nonton surga bawah laut, kami balik ke rumah apung untuk
menunggu jemputan boat. Kebetulan hujannya juga udah reda. Ternyata boat yang kali ini lebih sempit
dibandingin boat yang awal kami
naiki. Jadi tiga orang harus ditinggal dan menunggu jemputan boat berikutnya. Akhirnya aku, Fitri,
dan Eli-lah yang tetap tinggal untuk menunggu boat
mengantar teman-teman kami, dan kembali
lagi untuk menjemput kami. Pak Gaet yang baik hati akhirnya mengusulkan
agar kami berenang sampai pantai aja, dan kami pun setuju. Sebenernya kami ngga
berenang sih. Kami cuman mengapung lalu dari belakang Pak Gaet berenang sambil mendorong kami pelan-pelan. Secara
teknis emang yang berenang cuma Pak Gaet aja, tapi secara pandangan mata, kami
juga renang. Camkan!
Foto dulu biar hitz |
Setelah semua sampai di pinggir, kami pun bergantian membersihkan diri
di kamar mandi terdekat. Hari udah mulai siang dan matahari bersinar terik. Kami semua memilih bersantai di semacam gubuk derita di pinggir pantai.
Angin bertiup lembut plus suara-suara ombak, hmm, perfect! Oh, iya pantai
bangsring lebih cenderung berkerikil, jadi kalau buat main kejar-kejaran ombak, apalagi buat mainin perasaan, kayaknya kurang cocok deh. Serius!
pantai bangsring di depan gubuk |
Setelah beberapa saat bersantai di pinggir pantai, perut kami sudah mulai lapar dan minta diisi. Kami lalu memutuskan buat segera meninggalkan pantai basring dan melanjutkan perjalanan. Tak lupa kami berfoto-foto dulu.
Liburan dikit, Cekrek! |
Bangsring Underwater, Cekrek! |
Pak Supir angkot sewaan kami masih menunggu kami dengan setia.
Saat kami mengeluh kelaparan, Pak Supir dengan sigap langsung mengusulkan suatu
warung bakso dekat pantai yang langsung kami setujui. Baksonya lumayan enak sih
untuk harga Rp7.000,- per mangkoknya. Setelah kenyang, kami pun meminta Pak
Supir untuk mengantar kami ke masjid terdekat untuk menunaikan solat.
Posisi masjidnya deket banget sama laut dan dari sana, kita bisa ngelihat Pulau Tabuhan dengan jelas! Di masjid itu juga, anginnya berhembus kenceng banget dan membuat kami semua mengantuk. Akhirnya sehabis solat, kami pun tidur siang sebentar. Ada hal unik yang terjadi nih. Jam di smartphone kami semua mendeteksi waktu menggunakan acuan waktu indonesia tengah (WITA), padahal waktu di Banyuwangi harusnya pakai acuan waktu indonesia barat (WIB). Mungkin karena dekat dengan selat bali jadinya smartphone kami bingung hehehe. Sesudah bangun tidur, badan kami jadi lebih seger dan membuat kami lebih siap menuju lokasi berikutnya, Pantai BOOM!!!
Posisi masjidnya deket banget sama laut dan dari sana, kita bisa ngelihat Pulau Tabuhan dengan jelas! Di masjid itu juga, anginnya berhembus kenceng banget dan membuat kami semua mengantuk. Akhirnya sehabis solat, kami pun tidur siang sebentar. Ada hal unik yang terjadi nih. Jam di smartphone kami semua mendeteksi waktu menggunakan acuan waktu indonesia tengah (WITA), padahal waktu di Banyuwangi harusnya pakai acuan waktu indonesia barat (WIB). Mungkin karena dekat dengan selat bali jadinya smartphone kami bingung hehehe. Sesudah bangun tidur, badan kami jadi lebih seger dan membuat kami lebih siap menuju lokasi berikutnya, Pantai BOOM!!!
bobo ciang duluuw |
#2 SECOND DESTINATION: PANTAI BOOM
Sekitar pukul 3.40 sore, kami sampai di Pantai Boom. Kami ngga perlu membayar tiket masuk. Cukup membayar parkir untuk angkot yang kami naiki sebesar Rp5.000,-. Dari lokasi parkir, kami jalan kaki bareng-bareng menuju pantai. Sebelum masuk ke lokasi pantai, kami nglewatin semacam tempat luas yang disana ada banyak warung-warung penjual makanan. Tapi waktu itu warungnya lagi tutup, jadi kami ngga bisa mampir buat wisata kulineran deh.
Pantai Boom yang luas dan berpasir hitam |
Angin membelai lembut kulit kami ketika kami mulai memasuki pantai. Pantai Boom tetap nampak tenang walaupun banyak pengunjung yang sedang menikmati sore di sana kala itu (ceileh bahasanya). Pantainya luasssssss banget! Dari Toyoul dan Ikem, kami tau kalau Pantai Boom sering dijadiin tempat buat nari massal ribuan penari. Biasanya mereka menarikan tarian khas Banyuwangi, Tari Gandrung.
Kami pun melepas alas kaki kami dan bermain-main di pinggir pantai. Pasirnya hangat dan ombaknya tenang. Sebenernya pantainya cocok banget buat mainan kejar-kejaran ombak sambil basah-basahan. Tapi kami udah ngga bawa baju ganti lagi kalau mau basah-basahan. Jadi kami main kejar-kejaran ombak aja. Oh iya btw, dari pantai kita juga bisa ngelihat pemandangan gunung di seberang sana dengan jelas. Sayangnya aku lupa nama gunung itu apa, hiks.
Gunung apa ya, kira-kira? |
Selang beberapa saat, kami pun berpencar. Badra memilih duduk-duduk agak jauh dari pantai sambil menikmati angin dan suara ombak. Yesi, Liizza, Eli, Ikem, Wafi, dan Intan pergi ke bagian pantai yang berbatu. Aku, Millah, Fitri, dan Atul tetap bermain-main, menunggu ombak menjilati ujung jari-jari kaki kami (puitis banget eak). Sementara Toyoul, sibuk motret pemandangan, namun akhirnya dia malah ikut main bareng sama aku, Millah, Fitri, dan Atul.
Eli dan Liizza di pantai yang berbatu |
Santai~ |
Bosan bermain ombak, Aku, Millah, Fitri, dan Atul mintain Toyoul buat motret kami dengan pose lagi main kejar-kejaran. Kami juga minta buat difoto waktu loncat bareng-bareng di pinggir pantai. Di tengah kegiatan kami, ada seorang mas-mas fotografer yang mendekati kami dan berkenalan dengan kami. Dia bilang dia penduduk lokal. Mas-mas fotografer itu lalu ngefotoin Fitri yang lagi loncat ala kungfu. Toyoul dan mas-mas fotografer itu lalu mengobrol sejenak, sementara kami-Aku, Millah, Fitri, dan Atul-bergabung dengan Badra buat duduk di pinggir pantai karena udah capek main.
Millah: "Catch me if you can!" |
Melompat lebih tinggi! |
Setelah mas-mas fotografernya pergi, Yesi, Liizza, Eli, Ikem, Wafi, dan Intan pun kembali bergabung dengan kami. Ikem bilang, kita nggabisa lihat sunset di pantai itu, jadi kita pun memutuskan buat pergi ke tempat selanjutnya karena hari juga udah mulai gelap.
#3 THIRD DESTINATION: TAMAN SRITANJUNG
Taman Sritanjung ada di pusat Kota Banyuwangi. Lokasinya deket sama Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi dan Pendapa Sabha Swagata Blambangan. Kami sampai ke lokasi ini sekitar jam 18.00. Di lokasi ini juga kami berpisah sama Pak Supir angkot yang dari tadi berbaik hati nganterin kami muter-muter Banyuwangi. Lampu depan angkot bapak itu nggak berfungsi dengan baik dan bakalan bahaya buat kami kalau kami masih menaiki angkot itu. Babay Pak Angkot! Terimakasih banyak ya!
Oh iya, Taman Sritanjung sebenernya deket sama lokasinya sumber 'air harum' yang jadi asal nama Kota Banyuwangi ini (banyu berarti air dan wangi berarti harum). Katanya sih sumber air harum ini sudah ada sejak dulu kala. Kami penasaran sih, tapi kami memutuskan untuk mendatangi tempat itu next time aja.
Karna hari udah mulai malam, lampu-lampu taman pun mulai dinyalakan dan bikin suasana di taman jadi makin hangat. Kami menikmati indahnya taman sebentar, lalu melanjutkan untuk mencari makan di warung-warung makanan yang berjejer di dekat situ. Letaknya masih satu lokasi dengan Taman Sritanjung kok.
Penjualnya banyak, pilihan menunya juga banyak! Ada juga sego tempong dan rujak soto yang jadi makanan khas Banyuwangi. Sebenernya pengen nyobain sego tempong sih (waktu itu lagi seneng-senengnya nontonin Danang D'Academy yang dari Banyuwangi itu. Dia sukanya promosi sego tempong di TV, jadinya penasaran), tapi pada akhirnya aku malah pesen nasi goreng hehehe. Satu porsi cuma Rp10.000,- sudah termasuk minum. Kalau ngga salah minumnya es jeruk, eh apa air putih ya? Hmm entahlah, lupa.
Kami semua makan sampai kenyang sambil ngobrol ngalor ngidul. Kami pun segera beranjak karena hari semakin malam, sementara kami harus kembali ke stasiun sebelum jam 20.30. Tak lupa kami foto-foto di depan tulisan "Taman Sritanjung". Waktu foto-foto sih kami dilihatin sama pengguna jalan yang lagi berhenti di lampu merah deket situ, bahkan ada yang ngetawain, tapi kita mah bodo amat. Wisatawan mah bebas hehe.
Wisatawan mah bebas ye kan? |
Setelah itu kami pun menanti angkot yang nantinya akan membawa kami ke stasiun. Lama banget kami nunggunya dan waktu udah semakin mendekati jam 19.30. Beberapa kali ada angkot yang lewat, tapi ngga mau berhenti. Kami pun sempat berdebat waktu ada yang ngusulin buat jalan kaki aja ke stasiun. Kami lalu berembug dan memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Untung aja setelah itu ada angkot yang lewat dan bersedia mengantar kami ke stasiun walaupun sebenarnya Pak Supir angkot tersebut sudah berniat untuk pulang. Kami pun berangkat ke stasiun dengan membayar ongkos Rp10.000,00 per anak. Huft, Alhamdulillah.
Kami nyampe stasiun pukul 8 kurang dan langsung mencari mushola terdekat untuk solat. Baru setelah itu kami duduk-duduk di depan stasiun, menunggu kereta datang sambil ngobrol dan maen kartu.
Setelah kereta datang, kami pun langsung masuk dan menduduki kursi masing-masing. Setelah kereta berjalan, kami ngobrol-ngobrol sebentar dan langsung tidur karna kecapekan. Sekitar pukul 11.35 kereta akhirnya sampai di Stasiun Jember. Setelah turun dari kereta, kami langsung cao ke parkiran buat ngambil motor dan langsung cus ke rumah masing-masing. Maklum, takut kena begal hehe. Oh iya, Badra nginep di kosanku karena udah kemaleman buat dia pulang. Apalagi jalan menuju rumah Badra sepi banget kalau malem. Aku dan Badra langsung tertidur pulas setelah menyentuh kasur. Hmmm, benar-benar hari yang panjang dan melelahkan buat kami!
#4 SARAN BUAT MOJOKERS
Seperti yang udah disebutin di awal-awal tadi, kami cuma butuh uang di bawah 120k/orang buat explore kota ini. Rinciannya kayak gini nih.
Kereta Pulang-Pergi : Rp16.000,-
Snorkeling : Rp30.000,-
Makan Siang : Rp7.000,-
Makan Malam : Rp10.000,-
Angkot Pulang : Rp10.000,-
Guide + parkir (patungan per anak) : Rp5.000,-
Sewa angkot (patungan per anak) : Rp25.000,-
dll : Rp4.000,-
Total : Rp107.000,-
Super duper murah kaaaan? Anggarannya jadi murah soalnya kami ngetripnya berdua belas nih. Mojokers bisa tuh, ngajak temen-temen buat ngetrip bareng-bareng. Selain biar ongkosnya jatuhnya murah, ngetrip bareng-bareng bisa semakin ngraketin kita. Walaupun di tengah jalan nanti bisa jadi ada perbedaan pendapat berupa perdebatan kecil, it's ok! Malah hal itu lah yang bikin kita semua makin kompak, dan bikin perjalanannya makin seru!
Oh iya, seperti yang udah kusebutin di atas, pantai-pantai di Banyuwangi punya ombak yang tenang serta angin yang berhembus dengan lembut. Cocok banget buat bersantai! Mojokers bisa banget bawa buku favorit kalian buat dibaca di pinggir pantai. Belum sempet beli buku baru buat liburan? Hey! Gramedia lagi ngadain #GramediaHolidaySeason loh! Kalian semua bisa dapetin buku berkualitas dengan harga murah! Bayangin coba, buku berkualitas plus pantai yang tenang dengan angin lembut membelai, match banget! Siapa coba yang bisa nolak???
Sampe sini dulu tulisanku kali ini ya, Mojokers! Udah sana liburan gih, sebelum harus balik ke kesibukan harianmu yang super duper padat itu!
Love your self!
Cheers!
"Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS 62:10)
#GramediaHolidaySeason
Tulisan ini diikutkan dalam event Gramedia Blog Competition.
Tulisan ini diikutkan dalam event Gramedia Blog Competition.
Wah murah sekali, apa kira-kira dg biaya kecil pemandangan yg saya dapatkan bisa melebihi ekspektasi saya thor?
ReplyDeleteWah murah sekali, apa kira-kira dg biaya kecil pemandangan yg saya dapatkan bisa melebihi ekspektasi saya thor?
ReplyDeleteJelas dong! Kamu kan dah buktiin sendiri :v
DeleteWahhh jadi mengingat masa masa indah lburan disana
ReplyDeleteHiksss baperrr, kuy liburan lagi kuyy
Delete